Agribisnis dapat berkembang di Indonesia karena kondisi daerah yang menguntungkan, antara lain: lokasinya di garis khatulistiwa, berada diluar zona angin taifun, tersedianya sarana dan prasarana pendukung berkembangnya agribisnis, dan kemauan politik pemerintah untuk memberikan prioritas. Hambatan dalam pengembangan agribisnis di Indonesia terletak pada berbagai aspek, antara lain: Pola produksi terletak di lokasi yang berpencar, sarana dan prasrana belum memadai di luar Jawa, biaya transportasi menjadi lebih tinggi, adanya pemusatan agroindustri di kota-kota besar, dan sistem kelembagaan kurang mendukung berkembangnya kegiatan agribisnis. Dengan adanya persaingan yang ketat terhadap pemasaran hasil pertanian di pasaran dunia, menuntut peranan kualitas produk, dan kemampuan menerobos pasar dunia.
Bayak pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi dalam pengembangan agribisnis salah satunya yaitu dengan rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah prosedur dasar dalam menghasilkan suatu produk bioteknologi. Prosedur rekayasa genetika secara umum meliputi :
- Isolasi gen.
- Memodifikasi gen sehingga fungsi biologisnya lebih baik.
- Mentrasfer gen tersebut ke organisme baru.
- Membentuk produk organisme transgenik.
Prosedur pembentukan organisme transgenic ada dua, yaitu:
- Melalui proses introduksi gen
Beberapa langkah dasar proses introduksi gen adalah:
- ·Membentuk sekuen gen yang diinginkan yang ditandai dengan penanda yang spesifik
- ·Mentransformasi sekuen gen yang sudah ditandai ke jaringan
- ·Mengkultur jaringan yang sudah mengandung gen yang ditransformasikan
- ·Uji coba kultur tersebut di lapangan
2. Melalui proses mutagenesis
Memodifikasi gen pada organisme tersebut dengan mengganti sekuen basa nitrogen pada DNA yang ada untuk diganti dengan basa nitrogen lain sehingga terjadi perubahan sifat pada organisme tersebut, contoh: semula sifatnya tidak tahan hama menjadi tahan hama.
Tanaman transgenik menjanjikan potensi keuntungan bagi pelaku agribisnis, namun di sisi lain memberikan gambaran suram bagi pemerhati lingkungan karena ternyata ada bahaya ekologis yang patut menjadi perhatian semua pihak.
Beberapa risiko ekologis tanaman transgenik antara lain: Pertama, saat penyebaran benih transgenik akan terjadi transfer gen horizontal melalui penyerbukan (polinasi) yang tidak dapat terkontrol, misalnya benih dimakan burung, serbuksari terbawa angin atau tanpa sengaja benih terbawa alat transportasi yang lintas negara. Hal ini akan menimbulkan kontaminasi genetik yang tidak dapat terkendali. Kedua, penggunaan tanaman dapat menimbulkan risiko guncangan ekologis akibat ketidakseimbangan antara musuh alami (predator) dengan hama tanaman.
Rekayasa genetika sangat mempengaruhi perkembangan agribisnis. Bioteknologi pertanian menawarkan salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pertanian di Indonesia. Aplikasi bioteknologi pertanian di pedesaan antara lain adalah peningkatan kualitas bahan tanam meliputi kualitas pangan, resisten terhadap hama dan penyakit, dan toleran terhadap cekaman lingkungan.
Dengan berbagai kelebihan yang ada, tanaman transgenic bisa menjad solusi alternatif yang bisa diandalkan. Tanaman transgenic bisa memberikan hasil panen yang sudah teruji kualitasnya.selain itu penggunaan benih transgenic merupakan langkah yang tepat bagi Indonesia karena dapat menghasilkan bahan pangan murah, berkualitas. dan produktivasnya baik. Naumn tanaman transgenik ini juga menimbulkan beberapa resiko misalnya resiko guncangan ekologis akibat tidak keseimbangan musuh alami (predator) dengn hama tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar