ARTIKEL 1
Bology Fertility (Microbiology)
soil is said fertile when has pregnancy and tall biology unity
table 1. maximum number and biomass (live weight) of soil organisms in a highly fertile grassland soil
kind of organism abundance
(no/m2) biomass
(g/m2)
bacteria 3 x 1014 300
fungi 400
protozoa 5 x 108 38
nematodes 107 12
earthworms and related forms 105 132
mites 2 x 105 3
springtails 5 x 104 5
other invertebrates (snails, millipedes, etc) 2 x 103 36
from: b. n. richards (1974) introduction to the soil ecosystem
organism (mikroorganisme) important soil in soil fertility because
1. play a part in energy cycle
2. play a part in cycle hara
3. play a part in soil aggregate formation
4.
determine soil well-being (suppressive / conducive towards disease
appearance especially contagious disease tanah-soil borne pathogen)
1. energy cycle
- principal energy source sun that is changed by plants passes photosynthesis process is organic ingredient
- several mikroorganisme can to do fotosinthesis (catch sun energy: algae)
- other energy source result oksidasi-reduksi inorganic mineral: s and fe
- energy in organic ingredient is maked use by organism/mikroorganisme
- organism dekomposer: milipede etc.
- mikroorganisme dekomposer: mushroom and bacteria
- mikroorganisme that grow at rhizosfer make use energy in eksudat root: bacteria azotobacter
2. cycle hara
mikroorganisme has character of vital importance in cycle hara because:
1. little the size so that has surface ratio: volume very big
==> make possible materials transfer (hara) from cell to the environment by lea
2. reproduction very fast (in minute count)
3. existence distribution very vast
cycle kinds hara important
a. nitrogen cycle
- pool n biggest on the air as gas n2
- n be available pass process fiksasi (also chemistry mikrobiologis)
(nitrogen fixer: rhizobium etc)
-
n organic (in alive being network - form protein, sour amino and sour
nukleat) be n inorganic pass mineralization process nh4+ (ammonium) ==
mo dekomposer
- nh4+ experience nitrifikasi by nitrosomonas, nitrosococcus and nitrosovibrio
- no2- be no3- by nitrobacter and nitrococcus
- no3- experience denitrifikasi be no2- by pseudomonas, bacillus and alcaligenes
- n inorganic can mengasimilasi by mikroorganisme == imobilisasi
b. sulphur cycle
- sulphur oxidation is sulphate by thiobacillus, arthrobacter and bacillus
2h2s + o2 2s + 2h2o
2s + 2h2o + 3o2 2so42- + 4h+
s2o32- + h2o + 2o2 2so42- + 2h+
- sulphate rediction is sulfide (s2-) by desulphovibrio desulphuricans
2so42- + 4h2 s2- + 4h2o
c. phosphorus cycle
- phosphorus at nature in the form of bound as ca-fosfat, fe- or al-fosfat, fitat or protein
- mikroorganisme (bacillus, pseudomonas, xanthomonas, aerobacter aerogenes) can dissolve p be available for plants
3. soil aggregate formation
- soil organism produces organic polymer (example humic and fulvic acids) clay particle that is micro aggregate
-
formation mikroagregat be macro aggregate memediasi by organic
ingredient and various kind micro and makroorganisme (bacteria,
jamur-terutama mushroom vam, algae, worm, ant, insect etc. ).
4. soil well-being
- soil suppressive towards patogen contagious soil usually has total mikroorganisme larger ones from soil kondusif
- nutrition competition
- amoeba consumes mushroom
- population pseudomonas spp (antagonistic bakteria) or trichoderma tall
soil fungi trichoderma
fort collins (condusive)(clay loam) 2 x 103 1 x 102
colombia (suppressive)(organic) 1 x 108 8 x 105
soil fertility evaluation
soil fertility evaluation is process yg mendiagnosis troubleshoot unsure hara and apply suggestion dlm fertilizing matter.
process
mendiagnosis msl element hara tnm and decide fertilizer suggestion at
wil tropical based pd approach yg differ pd stage kecanggihan yg differ
soil
fertility evaluation program dpt mempilahkan be: uji-tanah, plants
analysis, omission element at home glass, test tries simple fertilizer
1. based on in uji-tanah
- one of [the] approach yg popular
- developed by international soil fertility evaluation and improvement program, isfeip.
- soil fertility especially bersangkut dg unsure hara tnm and kead soil
-
evaluation concerns tk availability kesetimbangan hara in soil, belong
manner yg correct to estimate entire that factors (uji-tanah, analysis
tnm, sigi soil, kead climate)
- repair covers penamb product fertilizer, limestone, nature fertilizer, and addition other pd soil dlm jml, time manner ttt, shg dpt give environment hara yg optimum for get hsl harvest
- evaluation program soil repair adl khas-tempat special conditon.
- information use yg wise include pertimb thd bbrp factor yg influence prod, tng work, economy ecology
- only uji-tanah is not assumed sbg manner approaches yg satisfy
- value yg got dlm soil analysis adl empirical number yg only means when mengorelasikan dg result conception
- follow fitts (1974) involve:
a. example taking (soil and plants), ct hrs benar2 represent palm, krn only tested sepermilyar
b. laboratory analysis (soil and plants), necessary method yg appropriate and true
c. connection between analysis and result conception, at home glass test tries field
d. interpretation and suggestion, based on result
e. make use information
f. watchfulness
2. based on plants analysis
- bloom at region without system uji-tanah effective
- for annual plants and long-range
- the profit: enclose influence peubah soil, plants, climate management
- merup element availability latest size hara
- the loss: late to repair condition hara without unprofitable result
- aim:
a. to identified problem keharaan and decide the repair total passes dangerous level determination
b. count element absorption value hara sbg key for fertilizer use
c. observe element hara tnm annual
3. based on element monitoring hara that
- msk plant tnm indicator at dlm glasshouse or at napkin pd soil yg given fertilizer scr omission element
- mnrt chaminade (1972), information yg got adl:
a. element hara kahat
b. relative importance kekahatan that
c. level yg show kurasnya dismemberment/hewing consequence fertility
4. test tries fertilizer scr simple at farmer arable land
- mengembangakan by food and agricultural organization (fao)
- aim for introduce fertilizer sbg tool for raise hsl harvest at tropical
- override keaneka ragaman local soil
- can not be made suggestion khas-tempat
5. connection between soil fertility and soil classification
- fertilizer use suggestion khas-tempat
- soil character difference merup one of [the] the root cause for specification follows place
- soil fertility evaluation program hrs berhub tight dg program penyigian and soil classification
ARTIKEL 2
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat
dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian
yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan
pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun
agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
ARTIKEL 3
Kompos Organik Sampah Halaman
Cara Pembuatan Kompos
Langkah Pertama :
Sampah daun atau rumput langilang yang masih hiju minimal, satu karung + sampah kering dari daun-daun dan rumput kering yang berguguran sampah
Langkah kedua :
Kedua Sampah tersebut disatukan sampe merata setelah itu baru disemprot dengan air sampe basah.
Langkah ketiga :
Untuk proses pengkomposan sediakan Obat R1m, (obat tersebut didapat pada toko pertanian), tetes tebu, ragi tape, dan segelas gula merah yang telah larut dalam air minimal satugelas.
Langkah berikutnya satu sendok obat R1m di tampah air satu gelas di tuangkan pada dua sampah tersebut dan baru dikasih ragi tape dan segelas gula merah bersaman di tuangkan kepada kedua sampah tersebut.
Langkah ke emapt baru dimasukan pada tempat yang telah disediakan seperti tempat penampung sampah
Langkah Pertama :
Sampah daun atau rumput langilang yang masih hiju minimal, satu karung + sampah kering dari daun-daun dan rumput kering yang berguguran sampah
Langkah kedua :
Kedua Sampah tersebut disatukan sampe merata setelah itu baru disemprot dengan air sampe basah.
Langkah ketiga :
Untuk proses pengkomposan sediakan Obat R1m, (obat tersebut didapat pada toko pertanian), tetes tebu, ragi tape, dan segelas gula merah yang telah larut dalam air minimal satugelas.
Langkah berikutnya satu sendok obat R1m di tampah air satu gelas di tuangkan pada dua sampah tersebut dan baru dikasih ragi tape dan segelas gula merah bersaman di tuangkan kepada kedua sampah tersebut.
Langkah ke emapt baru dimasukan pada tempat yang telah disediakan seperti tempat penampung sampah
ARTIKEL 4
Kompos Dari Tanah Kembali Ke Tanah
Catatan: Bahan ini digunakan untuk menjelaskan kompos pada petani, pekebun, atau masyarakat awam. Dibuat dengan bahasa yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami oleh petani. Semoga bermanfaat.
Apa itu kompos?
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Apa manfaat kompos?
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos.
Apa saja yang bisa dibuat kompos?
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.
Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu?
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang ‘setengah matang’ juga tidak baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai ‘matang’ agar bisa diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.
Bagaimana cara membuat kompos yang cepat, mudah, dan murah?
Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2 – 3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara 4 – 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.
Bagaimana cara penggunaan kompos?
Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan satu bagian kompos : tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain.
link: http://isroi.wordpress.com/2008/11/15/kompos-dari-tanah-kembali-ke-tanah/#more-1140
Kompos Jerami
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah menemukan bahwa kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah yang cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.
ARTIKEL 5
Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pupuk Kimia
Banyak orang yang sering salah presepsi dalam menggunakan pupuk kimia, pupuk hayati dan pupuk organik. Pupuk organik dan pupuk hayati seringkali disamakan dengan pupuk kimia. Padahal pupuk-pupuk ini sebenarnya berbeda sama sekali. selanjutnya di link: http://isroi.wordpress.com/2008/02/26/pupuk-organik-pupuk-hayati-dan-pupuk-kimia/
Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.
Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM :
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :
* Susu sapi atau susu kambing murni.
* Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
* Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
* Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
* Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
* Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
* Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
* Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri. Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-membuat-effective-microorganism-em/
Cara Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata.
Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit.
Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-pembiakan-bakteri/
Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Bahan dan Alat:
1 liter bakteri
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
30 kg kotoran hewan
Air secukupnya
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-membuat-pupuk-cair-organik/
Cara Membuat Pupuk Hijau Organik
Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
200 kg hijau daun atau sampah dapur.
10 kg dedak halus.¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.
Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata.
Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
Banyak orang yang sering salah presepsi dalam menggunakan pupuk kimia, pupuk hayati dan pupuk organik. Pupuk organik dan pupuk hayati seringkali disamakan dengan pupuk kimia. Padahal pupuk-pupuk ini sebenarnya berbeda sama sekali. selanjutnya di link: http://isroi.wordpress.com/2008/02/26/pupuk-organik-pupuk-hayati-dan-pupuk-kimia/
Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.
Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM :
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :
* Susu sapi atau susu kambing murni.
* Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
* Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
* Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
* Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
* Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
* Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
* Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri. Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-membuat-effective-microorganism-em/
Cara Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata.
Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit.
Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-pembiakan-bakteri/
Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Bahan dan Alat:
1 liter bakteri
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
30 kg kotoran hewan
Air secukupnya
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-membuat-pupuk-cair-organik/
Cara Membuat Pupuk Hijau Organik
Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
200 kg hijau daun atau sampah dapur.
10 kg dedak halus.¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.
Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata.
Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
ARTIKEL 6
Pertanian Organik Dan Revitalisasi Pertanian
Oleh : Menteri Pertanian, Dr. Ir. Anton Apriantono
(Pidato Pada Workshop dan Kongres II Maporina dengan tema yang cukup menantang yaitu: Menghantarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka)
Pertemuan
ini menurut saya sangat penting dan strategis dalam rangka menjawab
tantangan globalisasi dan trend permintaan konsumen maupun pasar dunia
yang berkembang saat ini yang mulai sangat peduli terhadap
produk-produk yang bebas residu kimia, ramah lingkungan dan
menyehatkan seperti produk pertanian organik. Tentu saja hal ini juga
penting dalam rangka pengembangan pertanian organik di Indonesia di masa mendatang sehingga Indonesia
mampu menjadi produsen organik terkemuka di dunia. Hal ini dapat
dimengerti mengingat potensi Indonesia yang sangat kaya akan plasma
nutfah dan sebagian besar lahan pertaniannya, khususnya yang di luar
jawa, masih bersifat “virgin” sehingga otomatis produk yang
dihasilkannya secara given telah merupakan pangan organik. Topik yang
dibahas dalam workshop ini juga sangat sejalan dengan Visi Pembangunan
Pertanian Tahun 2005 -2009, yaitu terwujudnya pertanian tangguh
untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah, dan daya
saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.Secara
pribadi maupun kelembagaan, saya sangat mendukung terus
dikembangkannya pertanian organik di Indonesia dan berbagai upaya yang
telah dan akan diprogramkan oleh Masyarakat Pertanian Organik; yang
walaupun dalam usia nya yang relatif masih muda telah mampu mencoba
bertindak nyata dalam upaya mempopulerkan dan mengangkat citra produk
pertanian organik Indonesia dalam rangka mendukung terwujudnya
ketahanan pangan yang tangguh . Workshop dan kongres ini juga
merupakan upaya nyata menghimpun berbagai sumberdaya dan kekuatan
untuk merevitalisasi pertanian sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
nasional dalam bentuk yang riil dan tidak sebatas konsep nyata.Pada
beberapa kesempatan, saya sudah menjelaskan bahwa pembangunan pertanian
dihadapkan pada sejumlah kendala dan masalah yang harus segera
dipecahkan, yaitu antara lain:1) keterbatasan dan penurunan kapasitas
sumberdaya pertanian, 2) lemahnya sistem alih teknologi dan kurang
tepatnya sasaran, 3) terbatasnya akses terhadap layanan usaha terutama
permodalan, 4) panjangnya rantai tataniaga dan belum adilnya sistem
pemasaran, 5) rendahnya kualitas, mentalitas, dan keterampilan
sumberdaya petani, 6) lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani, 7)
lemahnya koordinasi antar lembaga terkait dan birokrasi, dan 8) belum
berpihaknya kebijakan ekonomi makro kepada petani. Namun, terlepas
dari kendala dan masalah di atas, sektor pertanian tetap menjadi
tumpuan harapan tidak hanya dalam upaya menjaga ketahanan pangan,
tetapi juga dalam penyediaan kesempatan kerja, sumber pendapatan,
penyumbang devisa dan pertumbuhan ekonomi nasional. Devisa dari sektor
pertanian dan usaha lain berbasis pertanian diharapkan meningkat dari
sekitar 7,8 milyar US$ saat ini menjadi 12 milyar US$
tahun 2009. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kabinet Indonesia
Bersatu telah menetapkan bahwa Revitalisasi Pertanian merupakan salah
satu prioritas pembangunan ekonomi nasional. Berkaitan dengan hal
tersebut di atas, maka upaya yang diprakarsai oleh Maporina menjadi
sangatlah penting dalam rangka mempercepat pencapaian target di
atas.Sejalan dengan ruh dan visi pembangunan pertanian sebagaimana
dikemukakan di atas, diantara beberapa misi Departemen Pertanian
adalah mendorong terwujudnya pertanian yang tangguh, berdaya saing,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dan mendorong peningkatan
kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional, melalui
peningkatan PDB, ekspor, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan
kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat; serta
memperjuangkan kepentingan dan perlindungan terhadap petani dan
pertanian Indonesia dalam sistem perdagangan Internasional. Misi yang
ingin dicapai tersebut sesungguhnya sangat sesuai dengan misi dari
pertanian organik seperti yang ditekankan oleh International
Federation of Organik Agriculture Movement (IFOAM) maupun Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Codex menegaskan bahwa pertanian
organik merupakan sistem manajemen produksi yang holistik yang
mendukung dan meningkatkan kesehatan ekosistem, termasuk siklus
biologi dan aktivitas biologi tanah. Sedangkan IFOAM menjelaskan bahwa
pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem yang utuh
berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang
berkelanjutan (sustainable), pangan yang aman, gizi yang baik,
kesejahteraan hewan dan keadilan sosial. Dengan demikian, pertanian
organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukkan atau
mengeluarkan input tertentu, namun juga merupakan satu filosofi dengan
tujuan.mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari komunitas yang
saling berketergantungan dari kehidupan tanah, tanaman, hewan dan
orang.
Fokus
kegiatan dari Departemen Pertanian adalah bagaimana meningkatkan
pendapatan petani sehingga perlu didorong pengembangan komodiats
bernilai tinggi (hortikultura, perkebunan, peternakan) dan peningkatan
nilai tambah melalui pengolahan hasil. Untuk mencapai hal tersebut
tentunya tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada Departemen Pertanian
saja atau kepada pemerintah saja. Keterlibatan dan kerjasama dari
semua stakeholders yang terlibat dalam pembangunan pertanian, yaitu
masyarakat, sektor swasta, LSM, akademisi, legislatif, media massa,
organisasi profesi seperti MAPORINA, serta sektor yang terkait dengan
pembangunan pertanian sangatlah penting dan perlu terus digalang.
Karenanya pengembangan pangan organik merupakan salah satu langkah
konkrit untuk menggapai visi dan misi kita yang pada ujungnya kita
harapkan dapat membuat petani kita lebih makmur, sejahtera dan
sekaligus menjadikan pertanian sebagai sektor usaha yang menarik
khususnya untuk para generasi muda kita yang saat ini cenderung
semakin menurun minatnya untuk terjun di bidang pertanian.Agar
sektor pertanian mampu menjadi tulang punggung perekonomian bangsa
sebagaimana dimaksudkan dalam Revitalisasi Pertanian, maka produk
pertanian kita harus mampu bersaing dan memberikan nilai positif yang
dapat dirasakan oleh konsumen. Produk pertanian kita tidak mungkin
mampu bersaing bila sistem pertanian kita tidak mampu menghasilkan
produk pertanian yang berkualitas dan aman sesuai dengan tuntutan
konsumen saat ini. Pada era pasar bebas ini produk kita semakin
dituntut untuk mampu bersaing bukan hanya di pasar internasional namun
juga di pasar domestik. Hal ini terkait dengan semakin membanjirnya
produk-produk pertanian dari negara lain ke negara kita, sementara
produk kita semakin susah masuk ke negara lain terkait semakin
ketatnya persyaratan yang ditetapkan negara tempat tujuan ekspor. Hal
ini merupakan implikasi yang wajar dari diratifikasinya perjanjian WTO
mengenai SPS dan TBT. Tantangan bagi produk pertanian untuk mampu
bersaing di era global semakin berat karena berbagai kendala yang
telah disebutkan di atas. Karena itu perlu ada terobosan-terobosan
untuk mampu mengatasi hal tersebut sekaligus menjadikan kedua
perjanjian WTO tersebut menjadi peluang bagi majunya sektor pertanian
kita. Pertanian organik merupakan salah satu alternatif yang kita
harapkan akan terus dan terus bertambah kontribusinya terhadap PDB
kita. Kita tahu di negara lain, khususnya di negara-negara Eropa,
Amerika Latin, dan Ameriak Serikat pertanian organik merupakan sektor
pangan yang paling cepat pertumbuhannya. Laju pertumbuhan penjualan
pangan organik berkisar dari 20-25% pertahun selama dekade terakhir
ini.Sama-sama disadari bahwa untuk untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan petani dan meningkatkan daya saing produk pertanian kita
ada beberapa hal yang harus digali dan diupayakan seperti: 1)
Dukungan sarana modal dan transportasi yang memadai; 2) Bantuan teknis
dan pemasaran, 3) Peningkatan SDM Pertanian dan Pembinaan yang terus
menerus kepada petani dan 4) Adanya sistem pengawasan mutu dan keamanan
pangan produk pertanian sehingga mampu menghambat masuknya produk luar
yang tidak bermutu dan sekaligus mendorong peningkatan ekspor produk
pertanian kita. Dalam rencana kerja departemen pertanian tahun 2005,
peningkatan mutu dan keamanan pangan merupakan salah satu kegiatan
pokok dari program peningkatan ketahanan pangan.Pemerintah pmenyadari
bahwa pertanian organik merupakan satu pilihan dalam produksi
pertanian yang memungkinkan usaha kecil Indonesia menjaga ketahanan
pangan rumah tangga dan penghasilan yang cukup sambil meregenerasi
tanah, memperoleh kembali keanekaragaman hayati, dan menyediakan
pangan bermutu bagi masyarakat loka.. Kentungan-keuntungan dari pangan
organik tersebut telah ditunjukkan oleh sistem pertanian organik yang
beragam dan terntegrasi yang secara ekonomi layak., ramah lingkungan,
dan meningkatkan budaya masyarakat. Skenario ini tampaknya hampir
tidak realistis bagi orang yang tidak mempunyai pemahaman yang cukup
tentang tujuan tujuan lingkungan, ekonomi dan sosial dari pertanian
organik. . Tujuan-tujuan tersebut sangat relevant dengan masayarakt
pedesaan Indonesia, dimana kemiskinan merupakan menyebab utama dari
ketidaktahanan pangan yang kronis dan stress lingkungan yang tidak
berkurang seperti degradasi tanah, susut tanah, kehilangan
keanekaragaman hayati, dan polusi tanah/air.
Sejalan
dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan keamanan pangan, isu
perlindungan lingkungan, isu pemberdayaan petani, pemerintah bersama
stakeholder lainnya termasuk MAPORINA harus melakukan berbagai upaya
untuk mempromosikan dan mengembangkan pertanian organik. Petani dan
dan produsen makanan ke depan perlu didorong untuk sedikiti demi
sedikit menerapakn sistem pertanian ini. Hal ini penting mengingat
Indoensia menguasai lebihd ari 20% lahan pertanian tropis dengan
plasma nutfahnya yangs angat beragam. Ke depan, kebijakan pemerintah
mungkin perlu ditinjau kembali agar perhatian terhadap pertanian
organik lebih dapat ditingkatkan. Terlebih lebih dengan terjadinya
krisis pasokan gas bagi beberapa industri pupuk, perlu ada alternatif
pengganti agar petani tidak kekurangan input produksi yang sangat vital
ini. Dengan
penerapkan pertanian organik tentu saja ketergantungan petani kita
akan pupuk kimia dapat dikurangi. Sehubungan dengan banyaknya manfaat
dan dampak yangd apat dirasakan dari penerapan sistem pertanian organik
tersebut, Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan
perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik di
Indonesia. Bahkan
pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organik 2010. Selanjutnya
untuk mencapai Go Organik 2010 tersebut berbagai program dan kegiatan
telah dilaksanakan. Diantaranya adalah dengan dibentuknya Otoritas
Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri Pertanian Nomor:
432/Kpts/OT.130/9/2003 dan Pembentukan Task Force Organik. Berbagai
pelatihan fasilitator dan inspektor organik, seminar dan workshop
untuk mensosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dan
stakeholder telah dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang
telah bergerak di bidang pertanian organik saat itu. Bahkan kita telah
berhasil mengajukan SNI Pertanian Organik yang alhamdulillah telah
dikonsensuskan dan disahkan oleh BSN yaitu SNI 01-6729-2002. Memang,
diakui dengan adanya restrukturisasi di Departemen Pertanian,
sepertinya ada kebingungan dan kekhawatiran mengenai bagaimana arah
kebijakan pemerintah (Departemen Pertanian) mengenai pengembangan dan
pembinaan pertanian organik ke depan. InsyaAllah, sesuai dengan semangat
revitalisasi pertanian, sesuai dengan misi dan visi departemen
pertanian, pertanian organik akan terus kita dukung dan mudah-mudahan
ke depan bisa dipikirkan adanya kebijakan khusus untuk pertanian
organik ini misalnya adanya subsidi untuk pupuk organik dan pestisida
hayati sehingga ketersediaan input yang memenuhi persyaratan pertanian
organik bisa tercukupi. Dukungan pemerintah terhadap pertanian
organik juga sejalan dengan upaya lainnya yang telah dan sedang
dijalankan oleh Depatan yaitu program peningkatan mutu dan keamanan
produk pertanian Indonesia sehingga mempunyai daya saing yang tinggi
yang dikenal dengan SiSakti atau Sistem Sertifikasi Pertanian Indonesia
yang pencanangannya telah saya laksanakan dalam bentuk Gerakan
Kampanye Sadar Pangan Bermutu pada tanggal 30 November 2004. Tentu
saja dengan adanya MAPORINA dengan struktur kepengurusannya yang
sangat kuat, program pertanian organik di Indonesia
menjadi lebih kuat dan bisa lebih cepat mengejar ketertinggalan dari
negara lain yang telah lebih dulu maju dalam sistem pertanian ini.
Agar Go Organik 2010 bisa benar-benar terealisir dan Indonesia
bisa menjadi produsen organik terkemuka , banyak hal yag harus kita
siapkan dan mantapkan yang saya harap dalam workshop dan kongres ini
bisa diformulasikan. Saya
juga mungkin akan mengusulkan agar PP 28/2004 bisa direvisi agar
Sistem Pertanian Organik bisa masuk dan diatur dalam PP tersebutMelalui
workshop ini, pula saya menyarankan agar Maporina tidak terjebak pada
pengertian pertanian organik yang sempit semisal hanya berkutat pada
pupuk organik, buah dan sayuran organik. Namun juga perlu dikaji
kemungkinan pengembangan pertanian organik untuk jenis usaha tani
lainnya semisal produk perkebunan organik (kelapa, vanilla, virgin
oil, sawit), ternak organik, unggas dan puyuh organik, susu organik,
madu organik, sutera organik, kecambah organik termasuk produk olahan
organik yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen akan produk
organik.Untuk meningkatkan kepercayaan pasar, program sertifikasi dan
pembinaannya perlu terus ditingkatkan sehingga program sertifikasi
organik Indonesia diakui dunia dan para petani kita tidak perlu
membayar mahal biaya sertifikasi. Pelatihan Internal Control System
(ICS) perlu diperluas sehingga lebih banyak lagi kelompok tani yang
tersentuh oleh program ini. Departemen
pertanian melalui dirjen teknis yang ada siap membantu memfasilitasi
pelatihan-pelatihan ICS kepada para petani kita. InsyaAllah dengan
adanya revitalisai penyuluhan pertanian, nantinya para penyuluh juga
akan dibekali dengan materi dan keterampilan sistem pertanian organik
sehingga bila petani ingin beralih usaha ke pertanian organik mereka
tidak perlu kesulitan. Peran
LSM yang selama ini banyak membantu petani tentu harus terus
dilanjutkan dan ditingkatkan. Kami dari pihak pemerintah memberikan
penghargaan atas peran sertanya membangun dan mensejahterakan petani
kita. Kita sadari bahwa keberhasilan program pertanian menjadi sia-sia kalau kesejahteraan petani tidak ada peningkatan.
|
ARTIKEL 7
Fertilizer Bokashi Versus Compost
before
mengenalnya chemistry fertilizer use by farmer, compost in advance
popular. along with compost technology development even also pulled
over. agro product result request quantity demands farmer cultivates
quicker tune. farmer doesn't want again use compost as the plants
fertilizer. besides long application result appearance in also because
more the difficulter get organic ingredient.
compost
is organic fertilizer that has many keunggula membanding chemistry
fertilizer. after menemukannya technology em also berbahan organic so
perfect organic fertilizer pregnancy bokashi. although same use organic
ingredient upon which base organic fertilizer maker. but bokashi
superiorer membangdingkan with compost. because bokashi cultivated by
using technology em while compost not.
when
do we see comparison between bokashi and compost, pregnancy hara in
bokashi higher, process period in quicker plants, influence towards
perfect soil, that energy and population mikroorganisme in soil
perfecter membanding compost. superiority caused because besides use
organic ingredient, also there mixture molasse (demerara
sugarcane)/solution drop and pregnancy mikroorganisme in em4 complete.
in
maker bokashi, can be done according to aerob also anaerob. ingredient
that used same, that is molasse(tetes sugarcane), em4 and organic
ingredient (straw, rice husk and soft bran). different in course of the
fermentation. bokashi anaerob after batter (organic ingredient is poured
solution em+molasse+air until water pregnancy 40%) is mixed flat then
putted into to into plastic drum or sack or plastic pocket. hush during 7
days and at day ke-8 batter ready menebarkan. bokashi ready worn when
kissed aroma tape. bokashi this is ideal is used up to 6 when does
stored in a condition good.
bokashi
aerob after batter is mixed flat then spreaded on dry tile and closed
with tarpaulin or gunny sack. can also be putted into to hush during 4-7
day but every day stirred so that temperature doesn't exceed 40°c.
bokashi ready worn if kissed smell aroma tape. bokashi this can be made
with diverse the organic ingredient composition. like bokashi stable
fertilizer, bokashi straw, bokashi husk charcoal, bokashi super and
bokashi express. principal basic commodity uses em4, molasse, stable
fertilizer, rice husk and bran.
ARTIKEL 8
Membuat Kompos Skala Rumah Tangga
Salah
satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola
sampah organic rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos.
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic organic.
Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Bagaimana Kompos Terjadi
Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.
Peralatan
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
Cara Pengomposan
- Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
- Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
- Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.
Penutup
Apabila setiap rumah tangga melakukan pemilahan sampahnya: yang organic dijadikan kompos, yang non-organik disedekahkan kepada pemulung, maka pemerintah tinggal mengelola sisanya yang 10% saja,yang tidak dapat didaur ulang. Alangkah senangnya pemulung, kalau penghuni rumah sudah memilah sampahnya, sehingga mereka tinggal mengambil kertas, plastic dsb. yang tidak dikotori sisa makanan, tanpa mengobrak-abrik bak sampah (maaf) berebutan dengan anjing dan kucing. Jam kerjanya akan lebih pendek, uang yang diperoleh akan lebih banyak.
Pembuatan kompos ini dapat pula dilakukan secara kolektif, apabila keadaan tidak memungkinkan. Misalnya perumahan padat penduduk, atau apartemen. Pengelolaannya dapat diserahkan kepada RW atau pihak swasta. Namun masing-masing rumah tangga tetap harus melakukan pemilahan sampahnya. Sehingga tidak perlu lagi ada TPA yang memerlukan tanah luas dan menimbulkan masalah pencemaran, bahaya longsor, pendangkalan sungai, penyakit dsb.
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic organic.
Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Bagaimana Kompos Terjadi
Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.
Peralatan
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
Cara Pengomposan
- Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
- Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
- Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.
Penutup
Apabila setiap rumah tangga melakukan pemilahan sampahnya: yang organic dijadikan kompos, yang non-organik disedekahkan kepada pemulung, maka pemerintah tinggal mengelola sisanya yang 10% saja,yang tidak dapat didaur ulang. Alangkah senangnya pemulung, kalau penghuni rumah sudah memilah sampahnya, sehingga mereka tinggal mengambil kertas, plastic dsb. yang tidak dikotori sisa makanan, tanpa mengobrak-abrik bak sampah (maaf) berebutan dengan anjing dan kucing. Jam kerjanya akan lebih pendek, uang yang diperoleh akan lebih banyak.
Pembuatan kompos ini dapat pula dilakukan secara kolektif, apabila keadaan tidak memungkinkan. Misalnya perumahan padat penduduk, atau apartemen. Pengelolaannya dapat diserahkan kepada RW atau pihak swasta. Namun masing-masing rumah tangga tetap harus melakukan pemilahan sampahnya. Sehingga tidak perlu lagi ada TPA yang memerlukan tanah luas dan menimbulkan masalah pencemaran, bahaya longsor, pendangkalan sungai, penyakit dsb.
ARTIKEL 9
Em Mobile Stronger
product
em that go around at market majority shaped em original. can not direct
be applied in media. because pregnancy mikroorganisme in em original
will sleep so that will not give real influence. all the same with strew
bew chicken dirt out to plants. all want process so that get result
maximal.
em
original necessary melted to be em mobile. because em mobile higher the
activity than em original. really, from power aspect saves em original
longer from in em mobile, that is can to survive up to five year. but a
month after maker em mobile, drastic the activity decreaseds. use
recommendation em mobile only one month and activity mikroorganisme
highest on ke-10 until day ke-17 pasca melted.
mobile
solution maker with mixes em original with molasse (sugarcane drop) and
water. water that suited for make em mobile well water, water frees
from chemistry residue, water frees from pncemaran and clean water.
molasse that used must be cleaned from dirt, and
chosen from sugar mill have a certain quality. more newer molasses, em
mobile that produced more gooder, one year since taked from factory.
when does difficult get molasse, also can be used demerara or sand sugar
that melted.
em
original mixed with molasse and water then putted into into container
and closed meeting, let 5-10 day in a state of airtight. container must
be closed meeting and prevented from direct sunshine. enclosing
container is opened on to five to take outside gas so that doesn't
explode.
after
5-10 day then em mobile can be used when be kissed sweet sour smell. ph
em mobile so 3,7 or less, ideally 3,5. container good to keep em mobile
plastic tank or tank stainless stell, clean tank and tank that can
defend condition anaerob. don't use former oil place or chemicals place,
dirty or rusty metal tank. em mobile that produced may not be
multiplied.
ARTIKEL 10
Gejala Kekurangan Unsur Hara bagi Tanaman
Kekurangan
salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau
penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda.
Gejala kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.
Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan unsur hara terlihat sebagai berikut:
1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas
2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang
3. Kekurangan unsur hara Kalium (K)
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
a. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
b. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
c. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
d. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
e. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah
Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air
b. Batang
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah
c. Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
d. Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.
4. Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
b. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
c. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
d. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita
5. Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.
6. Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas.
7. Kekurangan unsur hara Besi (Fe)
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.
Gejala kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.
Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan unsur hara terlihat sebagai berikut:
1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas
2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang
3. Kekurangan unsur hara Kalium (K)
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
a. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
b. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
c. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
d. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
e. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah
Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air
b. Batang
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah
c. Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
d. Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.
4. Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
b. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
c. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
d. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita
5. Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.
6. Kekurangan unsur hara Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah
e. Jumlah anakan terbatas.
7. Kekurangan unsur hara Besi (Fe)
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.
8. Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih
b. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
c. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi
d. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
e. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
f. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).
9. Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula
b. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
c. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat
d. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).10. Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak
b. Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
c. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau
d. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.
11. Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
b. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.
12. Kekurangan unsur hara Borium (Bo)
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati
b. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
c. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
d. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi
e. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
d. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.
13. Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)
a. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
b. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih
b. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
c. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi
d. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
e. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
f. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).
9. Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula
b. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
c. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat
d. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).10. Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak
b. Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
c. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau
d. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.
11. Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
b. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.
12. Kekurangan unsur hara Borium (Bo)
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati
b. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
c. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
d. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi
e. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
d. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.
13. Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)
a. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
b. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
ARTIKEL 11
Make Compost in Pot
after
a few moments ago display posting compost maker with sack method and
basket takakura, posting this will discuss different method. the easy,
this manner is called method pot.
in
principle compost maker with method pot resemble with method compost
other. permanent the process involves activity mikroorganisme according
to aerobik that make use organic solid waste as energy source.
as
according to the name, this manner wants pot. pot that worn at least
berdiameter 25 cm. pota can made from plastical stuff or even also
gerabah. important, in part base pot found puncture yangbberfungsi as
draught place. if pot doesn't has hole, so hole maker must be made self
use drill or tool other.
tool and ingredient that wanted, among others:
a) pot, base it given puncture.
b) gravel
c) sand
d) lime
e) organic rubbish that mempilah, cleaned and mencacah.
f) soil
g) little hoe
working manner:
a) insert gravel ± 4 cm into pot.
b) insert sand ± 3 cm sand above gravel.
c) insert soil 5 cm.
d) insert organic rubbish, don't too thick.
e) cover with lime and livestock dirt if there.
f) enclosing on it with soil again.
easy kan?
if we like to add rubbish again live to put mengatasnya and repeat step
c until f. rubbish increasing can be done until pot full. don't forget,
during compost process go on the soil must be watched over so that
permanent the humidity. may not too dry or wet and stirred several
times.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar